Modernisasi dan Globalisasi - Sosialisasi - Kelas XII
MODERNISASIDAN GLOBALISASI
A. Modernisasi dan Globalisasi
1. Modernisasi
Secara umum modernisasi dapat diartikan sebagai proses transformasi (perubahan bentuk) dari kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, kearah pola-pola ekonomis politis yang menandai negara-negara modern yang stabil. Atau, dalam pengertian lain dinyatakan bahwa intisari dari perubahan suatu modernisasi adalah proses perubahan masyarakat dan kebudayaannya, dari masyarakat dan kebudayaan tradisional ke masyarakat dan kebudayaan modern dalam seluruh aspek.
a. Syarat-syarat Suatu Modernisasi
Proses modernisasi membutuhkan syarat-syarat berikut:
- 1) cara berpikir yang ilmiah (scientific thinking) dan terpola/ terlembaga (institutionalized) dalam pemerintahan (the rulling class) maupun masyarakat. Cara berpikir yang demikian menghendaki sistem pendidikan dan pengajaran yang terencana dan baik.
- 2) Sisem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.
- 3) Sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga tertentu. Hal ini memerlukan penelitian yang berkesinambungan agar data yang dikumpulkan tidak ketinggalan zaman. 4) Penciptaan iklim yang menguntungkan terhadap modenisasi dengan cara menggunakan alat-alat komunikasi massa. Hal ini harus dilakukan tahap demi tahap karena banyak sangkut pautnya dengan sistem kepercayaan masyarakat
- 5) Tingkat organisasi yang tinggi, yaitu satu pihak berarti disiplin sedang di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan.
- 6) Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan social planning. Apabila hal itu tidak dilakukan maka perencanaan akan terpengaruh oleh kekuatan-kekuatan dari kepentingan-kepentingan yang menginginkan perubahan perencanaan tersebut demi kepentingan suatu golongan kecil dalam masyarakat.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Modenisasi
Suatu modernisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
- 1) perkembangan ilmu pengetahuan yang akan membawa dampak terhadap masyarakat dan kebudayaannya. Bila masyarakat yang bersangkutan menerima, mengalami dan menggunakan penemuan baru itu.
- 2) Perkembangan teknologi yang dapat mendorong lahirnya manusia yang memiliki pola hidup dan cara berpikir yang kritis, sistematis, analisis, logis/rasional.
- 3) Perkembangan industri kehidupan yang dapat menjangkau segala aspek kehidupan demi terciptanya perubahan masyarakat dari tradisional ke modern.
- 4) Perkembangan ekonomi yang ditandai dengan tingkat pendapatan tinggi. Hal ini akan mendukung perkembangan IPTEK dan industri dalam suatu modernisasi.
2. Globalisasi
Dalam proses perubahan di Indonesia, pengaruh dari luar merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan. Apalagi, proses globalisasi yang semakin gencar di berbagai aspek, terutama aspek informasi dan komunikasi telah memasuki perkembangan hidup masyarakat Indonesia. Sebagai akibatnya, nilai-nilai budaya luar yang bersikap positif maupun negatif dengan cepat meresap di masyarakat. Proses penerimaan unsur luar dengan cepat itu diakibatkan oleh proses globalisasi.
Menurut Haralambos dan Martin Holborn, globalisasi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana batas-batas negara luluh dan tidak penting lagi dalam kehidupan sosial.
Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti :
- (a) kemajuan sistem komunikasi dan alat perhubungan,
- (b) meningkatkan perdagangan internasional, dan
- (c) pariwisata.
Adapun yang menjadi saluran-saluran globalisasi adalah:
- (a) media massa,
- (b) pariwisata internasional, dan
- (c) migrasi internasional.
Melalui saluran-saluran globalisasi tersebut, nilai-nilai budaya luar yang bersifat positif maupun negatif.
Secara positif dapat diperlihatkan oleh:
- 1) semakin terbukanya komunikasi internasional
- 2) terbukanya peluang untuk mempelajari organisasi-organisasi sosial modern.
- 3) Alih teknologi semakin mudah
- 4) Menawarkan bidang-bidang pekerjaan baru, terutama di sektor jasa dan
- 5) Mempertemukan seni dan budaya antar bangsa
Sementara dampak negatif dari adanya globalisasi ditandai oleh adanya goncangan budaya (culture shock) yaitu tekanan kejiwaan (psikis) yang timbul karena seseorang atau kelompok sosial beralih ke hubungan lain. Dampak lain adalah ketimpangan budaya (culture lag) yaitu tertinggalnya perkembangan salah satu unsur kebudayaan dan unsur-unsur lainnya.
B. Dampak Perubahan Sosial Budaya
Setiap perubahan pasti menimbulkan suatu konsekuensi terhadap kondisi sosial dan budaya setempat. William F. Ogburn mengungkapkan ada 3 bentuk efek sosial dari budaya invensi:
- (1) dispersi atau efek beruntun dari sebuah invensi,
- (2) suksesi atau efek sosial lanjutan dari sebuah invensi. Artinya, suatu invensi menciptakan perubahan, lalu pertumbuhan tersebut menimbulkan perubahan selanjutnya
- (3) konvergensi atau munculnya beberapa pengaruh dari beberapa invensi secara bersamaan.
Kemudian, secara lebih spesifik perubahan sosial budaya menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap kehidupan masyarakat. Adapun yang termasuk dampak positif dari perubahan sosial budaya adalah:
- 1) Mengubah nilai dan sikap masyarakat yang berpola pikir tradisional ke pola pikir modern
- 2) Munculnya upaya penegakan disiplin secara menyeluruh seperti disiplin waktu, disiplin kerja, disiplin belajar ataupun disiplin dalam menaati rambu-rambu lalu lintas.
- 3) Mendorong masyarakat untuk memperkaya wawasan ilmu pengetahuan setiap waktu.
- 4) Mendorong masyarakat memanfaatkan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.
- 5) Mendorong masyarakat menggunakan bahasa secara baik dan benar dalam pola komunikasi yang efektif dan efisien.
Sementara dampak negatif dari perubahan sosial budaya adalah :
- 1) Berkembangnya gaya hidup kebarat-baratan (westernisasi), seperti meniru gaya berpakaian barat dan menggunakan bahasa asing secara berlebihan, pergaulan seks bebas dan sebagainya.
- 2) Munculnya perilaku hidup konsumtif atau hidup boros.
- 3) Munculnya kecemburuan sosial akibat dari hasil perubahan sosial yang hanya dinikmati oleh segelintir kelompok.
C. Reaksi Masyarakat Terhadap Perubahan Sosial Budaya
Setiap perubahan sosial budaya mendapat reaksi dari masyarakat, apakah diterima atau tidak. Suatu perubahan yang direncanakan, menurut Spicer, akan mengalami penolakan apabila:
- (1) perubahan itu dipaksakan oleh pihak lain,
- (2) perubahan itu tidak dipahami atau
- (3) perubahan itu dinilai sebagai ancaman terhadap nilai-nilai penduduk.
Pandangan masyarakat terhadap perubahan pun, menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, dipengaruhi oleh banyaknya sikap dan nilai-nilai khusus yang berkaitan dengan objek dan kegiatan masyarakat itu. Kemudian, ada keinginan masyarakat untuk melakukan pembuktian suatu invensi. Hal itu disebabkan oleh kebanyakan suatu invensi sosial, seperti perusahaan, organisasi sosial, didasarkan pada peran, bukannya pada jalinan kekerabatan. Banyak invensi sosial hanya dapat diuji melalui percobaan jangka panjang, yang sekurang-kurangnya melibatkan peran serta seluruh lapisan masyarakat. Kita akan tetap merasa ragu untuk menerapkan suatu inovasi sampai kita menyaksikan cara kerja inovasi tersebut. Namun demikian, kita baru dapat menentukan kegunaan praktis dari kebanyakan invensi sosial setelah menerapkannya. Dilema ini, memperlambat penerimaan invensi sosial.
Unsur lain yang mendasari sikap masyarakat terhadap perubahan ialah kesesuaian dengan budaya yang berlaku. Biasanya suatu perubahan akan mudah diterima apabila cocok dengan budaya yang berlaku. Namun, tidak semua perubahan cocok dengan budaya yang berlaku.
Ada tiga bentuk yang dapat ditunjukkan oleh ketidakcocokan antara perubahan dengan budaya yang berlaku yaitu:
- (1) inovasi itu mungkin bertentangan dengan pola-pola yang berlaku,
- (2) inovasi itu mungkin saja memerlukan pola baru yang belum ada dalam budaya masyarakat,
- (3) beberapa inovasi merupakan unsur pengganti bukannya unsur tambahan, sehingga kurang siap untuk dapat diterima.
Dan, unsur lain yang mendorong masyarakat menolak semua perubahan, menurut Paul B. Hortan dan Chester L. Hunt, ialah sikap masyarakat yang tidak mau menerima resiko perubahan dalam bentuk apapun.
Selanjutnya respon masyarakat terhadap perubahan sosial budaya dapat diwujudkan dalam bentuk kolektif. Perilaku kolektif dapat diartikan perilaku yang muncul secara spontan, relatif tidak teratur, cukup sulit diduga, dan tergantung pada rangsangan timbal balik yang muncul dalam kelompok. Salah satu wujud perilaku kolektif ialah gerakan sosial yang mengandung arti sebagai usaha kolektif yang bertujuan menunjang atau menolak perubahan. Dasar dari suatu sistem gerakan sosial ialah rasa ketidakpuasan.
Masalah-masalah yang menjadi tema munculnya ketidakpuasan itu meliputi:
- (1) ketidakpuasan terhadap sistem pelapisan sosial (stratifikasi sosial),
- (2) ketidakpuasan terhadap nilai-nilai budaya,
- (3) ketidakpuasan terhadap lembaga-lembaga kemasyarakatan, dan
- (4) ketidakpuasan terhadap sikap masyarakat.
Adapun bentuk-bentuk gerakan sosial meliputi:
- (1) gerakan perpindahan,
- (2) gerakan ekspresif,
- (3) gerakan utopia, dan
- (4) gerakan reformasi.
0 Response to "Modernisasi dan Globalisasi - Sosialisasi - Kelas XII"
Post a Comment