Perubahan Sosial Budaya (I) - Sosiologi - Kelas XII
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA (I)
A. Pengertian Perubahan Sosial Budaya
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian-pengertian perubahan sosial budaya. Berikut uraian singkat pendapat para ahli sosiologi dan antropologi tersebut:
1. John Lewis Gillin dan John Philip Gillin,
mengatakan bahwa perubahan sosial budaya adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang diterima, yang disebabkan oleh perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi dan penemuan baru dalam masyarakat tersebut.
2. Samuel Koenig,
mengatakan bahwa perubahan sosial budaya menunjuk pada modifikasi-modifiksi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab intern maupun ekstern.
3. Selo Soemardjan,
mengatakan bahwa perubahan sosial budaya adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
4. Kingsley Davis,
mendefinisikan perubahan sosial budaya adalah perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat.
5. Mac Iver,
mengemukakan bahwa perubahan sosial-budaya adalah perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau perubahan terhadap keseimbangan sosial tersebut.
6. William F. Ogburn,
menyatakan perubahan sosial-budaya mencakup unsur-unsur kebudayaan baik material maupun non material.
Dari beberapa pengertian diatas, disimpulkan bahwa perubahan sosial dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda yang ada dalam kehidupan sosial sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak serasi fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan yang dimaksud perubahan-perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan.
B. Teori-teori Perubahan Sosial Budaya
Dari beberapa ahli sosiologi telah muncul banyak teori tentang perubahan sosial budaya. Diantaranya ialah teori evolusioner, teori siklus, teori fungsional dan teori konflik.
1. Teori Evolusioner
Dalam teori ini diungkapkan bahwa perubahan sosial memiliki arah tetap yang dilalui oleh semua masyarakat melalui urutan pentahapan yang sama dan bermula dari tahap perkembangan awal menuju ke tahap perkembangan terakhir. Para pendukung teori ini diantaranya Auguste Comte (1798-1857) sarjana Perancis yang dikenal sebagai pendiri sosiologi.
Ia berpendapat bahwa perubahan sosial budaya melalui tiga tahap:
- (1) tahap teologis (theological stage) yang diarahkan pada nilai-nilai dialami (supernatural),
- (2) tahap metafisik (metafisical stage), yakni tahap peralihan dimana kepercayaan terhadap unsur adikodrati digeser oleh prinsip-prinsip abstrak yang berperan sebagai dasar perkembangan budaya dan
- (3) tahap positif atau tahap ilmiah (positive or scientific stage) yang menunjukkan bahwa masyarakat diarahkan oleh kenyataan yang didukung oleh prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.
Tokoh lainnya yang menjadi pendukung teori evolusioner adalah Hubert Spencer, seorang sarjana Inggris yang menulis buku Prinsip-Prinsip Sosiologi (Principle of Sociology/1896). Dalam pandangannya, ia dipengaruhi oleh teori evolusi organisme Darwin dengan menyatakan bahwa terdapat persamaan antara evolusi Darwin dengan evolusi sosial budaya yaitu :”Peralihan masyarakat melalui serangkaian tahap yang berawal dari tahap kelompok suku yang homogen dan sederhana ke tahap masyarakat modern yang kompleks”.
Sementara, Lewis Henry Morgan (1818-1881), pakar antropologi Amerika, berpendapat bahwa perubahan sosial budaya secara evolusi melalui 7 tahap mulai dari tahap perbudakan sampai dengan tahap peradaban. Sedangkan Karl Marx (1813-1883) ahli filsafat Jerman yang hidup lama di Inggris, teori perubahan sosialnya sangat bersifat evolusioner, walaupun dikategorikan sebagai penganut teori konflik. Dalam pandangannya tentang teori evolusi sosial ia berpendapat bahwa ada serangkaian tahap perubahan yang kompleksitas teknologinya semakin meningkat dari tahap masyarakat pemburu primitif ke tahap masyarakat industrialis modern.
2. Teori Siklus
Teori ini mengungkapkan selain adanya sejumlah tahapan yang dilakukan masyarakat dalam perubahannya, tetapi juga ada proses peralihan masyarakat, bukannya berakhir pada tahap terakhir yang sempurna melainkan berputar kembali kepada tahap awal untuk peralihan selanjutnya.
Para ahli yang mendukung teori siklus diantaranya Oswald Spengler (1880-1936) ahli filsafat Jerman yang berpendapat bahwa setiap peradaban besar mengakui proses pentahapan kelahiran, pertumbuhan dan kematian. Kemudian Pitirim A. Sorokin (1889-1968) ahli sosiologi Rusia yang pindah ke Amerika Serikat saat terjadi revolusi 1917, mengemukakan bahwa semua peradaban besar berada dalam siklus tiga kebudayaan yang berputar tanpa akhir:
- (1) kebudayaan ideasional (ideational cultural),
- (2) kebudayaan idealistik (idealistic cultural) dan
- (3) kebudayaan sensasi (sensate cultural).
Sementara Arnold Toynbee (1889-1975), sejarawan Inggris, mengemukakan bahwa peradaban besar berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan dan kematian.
3. Teori Fungsional dan Teori Konflik
Bagi penganut teori fungsional, perubahan merupakan sesuatu yang konstan. Perubahan dianggap mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan berhenti pada saat perubahan tersebut telah diintegrasikan ke dalam kebudayaan. Perubahan yang bermanfaat (fungsional) diterima masyarakat dan perubahan lain yang tidak bermanfaat (disfungsional) ditolak masyarakat.
Sementara teori konflik, yang pengikutnya banyak mengikuti perubahan evolusionernya Marx menilai bahwa yang konstan adalah konflik sosial bukan perubahan. Ia hanyalah merupakan akibat dari adanya konflik tersebut. Baik, konflik sosial maupun perubahan berlangsung secara terus menerus. Perubahan menciptakan kelompok baru dan kelas sosial baru. Konflik antar kelompok dan antarkelas sosial melahirkan perubahan berikutnya.
C. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya
Secara umum, perubahan sosial budaya disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Soerjono Soekanto, ada faktor intern (dalam) yaitu faktor-faktor yang muncul dari dalam masyarakat itu sendiri dan ada faktor ekstern (luar) yakni faktor-faktor penyebab yang lahir dari luar masyarakat yang mengalami perubahan:
1. Faktor Intern (Dalam)
a. Bertambah atau Berkurangnya Penduduk.
Perubahan dalam struktur masyarakat yang disebabkan bertambahnya penduduk dapat dilihat terutama, dari hal-hal yang menyangkut lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sementara berkurangnya penduduk terutama disebabkan oleh adanya perpindahan penduduk, dapat menimbulkan perubahan dalam hal pembagian kerja, stratifikasi sosial dan sebagainya, yang pada akhirnya mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
b. Penemuan-Penemuan Baru.
Sebuah inovasi merupakan proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi modal, peraturan tenaga kerja dan penggunaan teknologi yang menyebabkan adanya sistem produksi dan produk-produk baru. Artinya, inovasi berkaitan dengan pembaruan kebudayaan khususnya mengenai unsur teknologi dan ekonomi. Dalam perkembangan, inovasi berhubungan erat dengan penemuan baru dalam teknologi.
Dalam kaitannya sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan sosial budaya, penemuan baru dapat dibedakan dalam bentuk discovery dan invention. Discovery dapat diartikan sebagai penemuan unsur kebudayaan baru, baik berupa suatu alat baru ataupun ide baru. Sedangkan yang dimaksud invention adalah bentuk penemuan baru (discovery) yang sudah dialami, diterima dan diterapkan oleh masyarakat.
c. Pertentangan (conflict) dalam Masyarakat.
Masalah-masalah yang muncul di masyarakat dalam bentuk pertentangan (konflik) dapat menyebabkan perubahan-perubahan sosial budaya. Pertentangan-pertentangan tersebut mungkin terjadi antara orang perorangan dengan kelompoknya atau pertentangan kelompok dengan kelompok.
d. Terjadinya pemberontakan atau revolusi di dalam tubuh masyarakat itu sendiri.
Suatu revolusi dapat menimbulkan perubahan-perubahan besar dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan sampai ke akar-akarnya.
2. Faktor Ekstern (Luar)
Sebab-sebab perubahan sosial budaya yang berasal dari luar masyarakat, diantaranya ialah:
a. Lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia.
Gempa bumi, topan, banjir besar, gunung meletus yang menyebabkan masyarakat di sekitarnya pindah ke tempat lain dan harus menyesuaikan diri dengan masyarakat baru yang mereka diami.
b. Peperangan.
Negara yang satu berperang dengan negara yang lainnya akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan. Perubahan itu terlihat manakala negara pemenang perang memaksakan kebudayaannya untuk diterapkan di negara kalah perang, karena dianggap lebih tinggi taraf hidupnya. Contoh ini banyak dialami sejarah, seperti Jerman Barat dikuasai AS, Jerman Timur dikuasai US, dan Jepang oleh AS.
c. Pengaruh Kebudayaan Lain.
Hubungan dengan masyarakat lain dapat juga menimbulkan perubahan sosial budaya. Hubungan yang dilakukan secara fisik antara dua masyarakat, mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbal balik, artinya masing-masing masyarakat mempengaruhi masyarakat lainnya, tetapi juga menerima pengaruh dari masyarakat lain itu.
Sementara Paul B. Horton dan Chester L Hunt mengungkapkan faktor-faktor penentu atau penyebab suatu perubahan sosial budaya, meliputi beberapa aspek, yaitu : lingkungan fisik, perubahan penduduk, isolasi dan kontak, stuktur sosial, sikap dan nilai-nilai, kebutuhan yang dianggap perlu dan dasar budaya.
Selain itu, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan.
Faktor-faktor yang dimaksud ada yang bersifat sebagai pendorong, seperti:
- 1) Kontak dengan kebudayaan lain, misalnya melalui proses difusi (penyebaran)
- 2) Sistem pendidikan formal yang maju
- 3) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju.
- 4) Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation) yang bukan merupakan delik.
- 5) Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat (open stratification)
- 6) Penduduk yang heterogen
- 7) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
- 8) Orientasi ke masa depan dan
- 9) Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.
Sementara, faktor-faktor yang bersifat menghambat jalannya proses perubahan meliputi:
- 1) Kurangnya hubungan-hubungan dengan masyarakat lain.
- 2) Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat.
- 3) Sikap masyarakat sangat tradisional.
- 4) Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat sekali atau vested interest.
- 5) Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan.
- 6) Prasangka terhadap hal-hal yang baru atau asing atau sikap yang tertutup.
- 7) Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis.
- 8) Adat atau kebiasaan, dan
- 9) Nilai bahwa hidup ini pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki.
D. Mekanisme Perubahan Kebudayaan (Discovery, Inovasi dan Invention)
a. Discovery
Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa suatu alat baru ataupun ide baru. Discovery akan menjadi invention kalau masyarakat sudah mengakui, menerima, serta menerapkan penemuan baru itu.
Seringkali proses dari discovery sampai ke invention membutuhkan tidak hanya satu pencipta, tetapi dari pencipta-pencipta.
Apabila ditelaah perihal penemuan baru tersebut, ada beberapa pendorong bagi penemuan-penemuan baru dalam masyarakat, antara lain:
- · Kesadaran dari orang perorangan akan kekurangan dalam kebudayaannya.
- · Kualitas ahli-ahli dalam suatu kebudayaan, dan
- · Perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.
b. Inovasi
Inovasi adalah suatu proses pembaharuan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi, modal, pengaturan, tenaga kerja dan penggunaan teknologi yang menyebabkan adanya sistem produksi dan produk-produk baru. Demikian, inovasi berkaitan dengan kebudayaan khusus mengenai unsur teknologi dan ekonomi.
Dalam tiap masyarakat terdapat individu-individu yang sadar akan adanya berbagai kekurangan dalam kebudayaan mereka. Oleh sebab itu, mereka berbuat sesuatu untuk memperbaiki kekurangan. Muncullah para pencipta dengan penemuan-penemuan baru yang bersifat discovery maupun invention. Karena itulah proses inovasi sangat erat sangkut pautnya dengan penemuan baru dalam teknologi, berupa discovery dan invention.
Keinginan para ahli akan mutu dalam suatu masyarakat, juga merupakan dorongan terjadinya penemuan baru. Kata “ahli” disini dinamakan secara luas. Selain ahli dalam suatu ilmu, juga ahli dalam pertukangan, kerajinan, kesenian, dan sebagainya. Keinginannya untuk mencapai mutu yang lebih tinggi menyebabkan para ahli selalu memperbaiki hasil-hasil karyanya, sehingga terciptalah penemuan baru.
Usaha untuk mencari dan menciptakan penemuan baru seringkali didorong oleh sistem perangsang, antara lain kehormatan, nama baik, kedudukan tinggi, atau harta benda. Sistem perangsang inilah yang mendorong penemuan baru (terutama penemuan-penemuan teknologi) dalam masyarakat Eropa dan Amerika dan bekas Uni Soviet.
c. Invention
Penemuan baru (invention) menimbulkan pengaruh yang bermacam-macam di dalam masyarakat.
Jenis pengaruh-pengaruh tersebut adalah sebagai berikut:
- · Sesuatu penemuan baru (invention) dapat menyebabkan perubahan-perubahan dalam bidang lain, seperti politik, sosial, pendidikan, peperangan, agama, rekreasi, adat-istiadat, kesenian dan sebagainya. Contoh : penemuan baru (invention) antara lain : radio, televisi dan telepon. Pengaruh dari penemuan baru itu dapat digambarkan sebagai berikut. (dikutip dari Pengantar Sosiologi, Soerjono Soekanto.hal 303)
Penemuan baru (invention = I) seperti radio, televisi, memancar ke berbagai arah yang menyebabkan perubahan dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan dan adat istiadat.
- · Sesuatu penemuan baru (invention) menyebabkan perubahan-perubahan yang menjalar dari suatu lembaga kemasyarakatan ke lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya, yang dapat digambarkan sebagai berikut. (dikutip dari Pengantar Sosiologi, Soerjono Soekanto.hal 303)
I = Penemuan baru seperti pesawat terbang, membawa pengaruh terhadap metode peperangan, (1) kemudian menambah perbedaan kekuatan antar negara-negara besar/super power dengan negara-negara kecil, (2) kemudian berpengaruh terhadap kekuasaan industri-industri besar (3) dan seterusnya.
0 Response to "Perubahan Sosial Budaya (I) - Sosiologi - Kelas XII"
Post a Comment